
INDOPOS-Jakarta, Proyek Pembangunan Breakwater atau pemecah ombak yang dilakukan oleh Dinas SDA dan Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kepulauan Seribu Sarat Akan Kepentingan.
Ketua DPC Gerindra Kepulauan Seribu, Muhamad Rodin mengaku kecewa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas SDA dan Sudin SDA Kepulauan Seribu.
“Proyek Ratusan miliar rupiah tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, Ini proyek gagal. Minim manfaat dan proyek turunan reklamasi teluk Jakarta,” kata Rodin.
Menurut Rodin, selain tak sesuai harapan, proyek ini telah membunuh semua biota laut termasuk karang-karang yang berada di garis bibir pantai dan lebih mirisnya lagi ada banyak pembangunan breakwater yang tidak ada perbaikan sama sekali.
“Pengerjaan proyeknya asal jadi, tidak ada perencanaan, Penurunan material ke dasar laut pun sampai merusak karang. Saya memiliki foto underwater. Karang rusak, Breakwater acak-acakan, Kalau karang rusak, biota laut mati, Tanggul Roboh, lalu apa yang diharapkan?,” jelas Rodin
Rodin mengaku heran, proyek usulan yang merusak lingkungan seperti ini bisa di Sahkan oleh Anggota DPRD DKI Jakarta, apa tidak dikaji ulang atau bagaimana?
Bahkan Rodin curiga, apakah ada kepentingan terselubung untuk meloloskan proyek pembangunan Breakwater ini yang tidak ada manfaat sama sekali.
Menurut Rodin, proyek betonisasi tersebut tak perlu dilakukan lagi. Pasalnya, setiap pulau sudah dibuat jalan lingkar yang fungsinya juga untuk menghambat abrasi air laut.
“Jalan lingkar yang mengelilingi pulau sudah cukup untuk menghambat abrasi. Terus mau dibeton lagi? Percuma. Buang-buang uang, ini harus seirama dengan intruksi dari Bapak Presiden Prabowo tentang Efisiensi Anggaran” katanya.
Rodin juga menjelaskan, proyek senilai ratusan miliaran ini akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk kebutuhan mendesak masyarakat Pulau Seribu.
“Ketersediaan air bersih, peningkatan pariwisata, konservasi terumbu karang, dan penanaman Mangrove yg sesuai dengan target pemerintah dalam mencapai NOL EMISI KARBON 2060. ini semua menjadi kebutuhan mendesak masyakarat Pulau Seribu ketimbang menenggelamkan beton ke laut,” tandasnya. (***)