INDOPOS-Jakarta, Oktober 2025 — Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi DKI Jakarta kembali menggelar kegiatan Pelaksanaan Gerakan Nasional Revolusi Mental (Angkatan II) Tahun 2025 sebagai upaya memperkuat pendidikan karakter dan jati diri bangsa, di kalangan generasi muda.

Kegiatan ini diikuti oleh 100 pelajar SMA/SMK sederajat yang berasal dari delapan sekolah di wilayah Jakarta, dengan prioritas peserta dari sekolah-sekolah rawan tawuran dan rawan narkoba, serta penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Adapun delapan sekolah tersebut yaitu:

SMK Jakarta Timur 1

SMAN 108 Jakarta Selatan

SMKN 31 Jakarta Pusat

SMK Jakarta Pusat 1

SMKN 54 Jakarta Pusat

SMAN 5 Jakarta Pusat

SMK Karya Teladan Jakarta Selatan

SMAN 60 Jakarta Selatan

Kegiatan yang digelar secara tatap muka ini menghadirkan narasumber utama Mayjen TNI (Purn.) Prijanto, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2007–2012, sekaligus tokoh nasional yang dikenal sebagai eksekutif publik berpengalaman.

Mayjen (Purn.) Prijanto: Revolusi Mental Dimulai dari Diri Sendiri

Dalam paparannya, Mayjen TNI (Purn.) Prijanto menyampaikan bahwa semangat Gerakan Nasional Revolusi Mental telah berakar sejak masa Presiden Soekarno.

“Presiden Joko Widodo hanya menggelorakan kembali semangat ini. Sesungguhnya gagasan revolusi mental telah disampaikan Bung Karno. Tujuannya membentuk manusia Indonesia yang memiliki karakter, jati diri, dan semangat gotong royong,” ujar Prijanto.

Beliau menegaskan bahwa revolusi mental harus dimulai dari diri sendiri, terutama dalam hal disiplin, sopan santun, serta semangat menghormati simbol negara.

“Ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya, berdirilah dengan sikap sempurna dan nyanyikan dengan semangat. Itu wujud rasa cinta tanah air,” tegasnya di hadapan para pelajar.

Prijanto juga menantang para siswa untuk berpikir kritis tentang arti karakter, jati diri bangsa, dan pentingnya membangun sumber daya manusia. Dalam sesi tanya jawab interaktif, para siswa antusias menjawab pertanyaan dan menerima hadiah buku karya beliau.

KLIK LINK BERIKUT UNTUK MELIHAT LENGKAP: 

Ketika Prijanto menanyakan apa jatidiri bangsa Indonesia, dijawab dengan benar oleh salah satu siswa. Jati diri bangsa Indonesia adalah sesuatu yang tidak dimiliki bangsa lain, yaitu nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Salah satu siswa dari SMKN 54 Jakarta, Tias, menjawab dengan percaya diri bahwa jati diri bangsa adalah identitas yang membedakan Indonesia dari negara lain.

“Jati diri bangsa Indonesia itu Pancasila, karena nilai-nilainya tidak dimiliki bangsa lain,” ujarnya, disambut tepuk tangan peserta lain.

Menurut Prijanto, Pancasila dan UUD 1945 merupakan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dihidupi oleh seluruh generasi muda.

“Pancasila bukan sekadar hafalan. Ia adalah panduan hidup bangsa Indonesia, identitas nasional yang membedakan kita dari bangsa lain,” katanya menegaskan.

Bangun SDM Unggul untuk Indonesia Emas 2045

Dalam bagian lain paparannya, Prijanto menyoroti pentingnya membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul sebagai kunci menuju Indonesia Emas 2045.

“Sumber daya manusia adalah unsur terpenting dalam sebuah negara. Jika SDM-nya lemah, bangsa akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain. Karena itu, pendidikan karakter menjadi fondasi utama,” ujarnya.

Beberapa siswa pun aktif memberikan pendapat. Muhammad Rimba dari SMAN 108 Jakarta Selatan menyampaikan pandangan bahwa SDM yang kuat menjadi aset bangsa.

“Kalau SDM Indonesia tidak dibangun, kita akan tertinggal dan sulit bersaing di dunia internasional,” ujarnya, yang langsung diapresiasi Prijanto.

Beliau juga menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara besar dengan sumber daya alam yang melimpah sering menjadi incaran pihak asing. Karena itu, anak muda perlu memperkuat karakter, wawasan kebangsaan, dan semangat bela negara agar tidak mudah dipecah-belah.

Menanamkan Semangat Cinta Tanah Air

Dalam sesi akhir, Prijanto mengajak para pelajar untuk memahami makna Nusantara dan kebangkitan nasional.

“Nusantara adalah warisan leluhur yang terbentuk dari bangsa-bangsa asli, dari Aceh hingga Papua. Dari sana tumbuh kesadaran sebagai satu bangsa: Indonesia,” ujarnya.

Para peserta juga diajak memaknai kembali peristiwa Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, dan Proklamasi Kemerdekaan 1945 sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa.

“Bangkitlah seperti para pendiri bangsa yang tidak mau dijajah. Jangan biarkan kemerdekaan ini hanya menjadi simbol tanpa makna,” tegas Prijanto.

Wujud Pembinaan Karakter Generasi Muda

Kegiatan yang berlangsung penuh semangat dan keakraban ini menjadi sarana pembelajaran penting bagi para pelajar untuk memahami nilai-nilai nasionalisme, tanggung jawab, disiplin, serta kepedulian sosial.

Kesbangpol DKI Jakarta menegaskan akan terus melanjutkan program seperti ini ke sekolah-sekolah lain agar semangat Gerakan Nasional Revolusi Mental benar-benar meresap di kalangan generasi muda.

“Kami ingin para pelajar Jakarta tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter, beretika, dan berintegritas. Revolusi mental adalah gerakan perubahan menuju bangsa yang bermartabat,” tutup perwakilan Kesbangpol DKI Jakarta.

Tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) merupakan program strategis pemerintah untuk membentuk karakter bangsa Indonesia yang berintegritas, etos kerja tinggi, dan semangat gotong royong.
Program ini dilaksanakan lintas kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, termasuk melalui pembinaan generasi muda, pendidikan, serta kegiatan penguatan nilai kebangsaan.

Dokumentasi dan kegiatan diselenggarakan oleh:
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2025. (***)