
INDOPOS-Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (Dirut LPP TVRI), Iman Brotoseno menyampaikan penjelasan komprehensif (utuh) tentang tudingan atau framing seolah-olah ia “melecehkan” atau “merendahkan” Aparatur Sipil Negara (ASN) ketika Rapat Dengar Pendapat (RDP), di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 10 Maret 2025. Pada RDP dengan Komisi I DPR RI itu, Iman mempresentasikan soal Artificial Intelligence (AI) yang digunakan TVRI terkait Revisi Undang-undang Penyiaran.
Setelah RDP, sebuah media online nasional, menayangkan video dengan judul “Dirut TVRI Pakai AI untuk Bikin Presentasi Program: Kalau Gunakan ASN Agak Susah”.
Terkait pemberitaan itu, Dirut TVRI Iman Brotoseno pun memberikan penjelasan lengkap ke wartawan
Dalam siaran persnya, kepada wartawan, pada Kamis, 13 Maret 2025, Iman menegaskan, tidak benar dirinya “melecehkan” ASN. Itu framing media tersebut saja, tandas Iman.
“Tidak benar saya ‘melecehkan’ ASN. Saya di-framing seolah-olah saya melecehkan ASN. Padahal, konteksnya harus utuh,” ujar Iman.
Dirut Iman menilai, pernyataannya dipenggal oleh media tersebut sehingga tidak berdiri secara utuh konteksnya. “Sebelumnya peryataan saya dipenggal sehingga terkesan melecehkan ASN. Padahal, kalau dilihat secara utuh, akan terlihat konteksnya.
Jadi, pemaparan saya ke Panja RUU Penyiaran di Komisi I DPR itu berjudul ‘Konsep Baru Penyiaran Dalam Transformasi Digital”. Di situ saya katakan, dibutuhkan SDM berbasis kreatif agar TVRI bisa menjadi lembaga penyiaran kelas dunia dan sekaligus masuk dalam ekosistem multiplatform,” papar Imam.
Dijelaskan dirurt, saat ini, TVRI tidak sepenuhnya mandiri dalam hal kepegawaian. “Karena, pegawai TVRI secara teknis adalah pegawai Kementerian Komdigi yang ditugaskan di TVRI. Jadi, ada yang tidak pas antara link and match terkait kebutuhan SDM TVRI. Apalagi, ke depan, OOT (Over The Top ) dan Video on Demand akan menjadi platform baru yang di situ, TV tidak sekedar menyiarkan informasi, tapi juga menyajikan unsur hiburan yang digemari masyarakat,” sebutnya.
Ditandaskan Iman, sebagai lembaga kreatif, TVRI membutuhkan sutradara, director of photography, producer, sound specialist, lighting engineer, art director, creative director, colourist, offlline/online editor, animator, special effect artis dan lain lain termasuk di sini AI engineer. “Masalahnya, bidang pekerjaan di atas tidak masuk dalam formasi CPNS yang disediakan pemerintah. Sehingga, TVRI tidak mendapatkan SDM yang ideal dalam industi kreatif. TVRI juga tidak bisa melakukan rekrutmen. Karena, proses rekrutmen ada di Kementerian Komdigi,” cetusnya.
Nah, tentu saja, dengan perkembangan teknologi Artificial Intellegence saat ini, TVRI, sebut Iman, juga tidak ketinggalan. “Bahkan, bisa dikatakan, TVRI merupakan salah satu lembaga penyiaran yang lebih dahulu membuat konten konten berbasis AI. Saat ini, justru semakin menantang karena dengan adanya efisiensi anggaran, kita terpacu membuat konten konten berbiaya murah yang berkualitas. Bagaimana caranya di tengah keterbatasan SDM, kami melakukan kolaborasi dengan konten kreator dan AI specialist. Mereka konten kreator mau membantu TVRI untuk bisa beradaptasi dengan industri kreatif,” ungkap Iman.
Kendati demikian dengan segala keterbatasan SDM, imbuhnya, TVRI tetap menjalankan tugas dan fungsinya. “Namun, tentu saja tidak bisa full speed bersaing dalam platform global jika hal-hal fundamental di atas tidak diselesaikan,” Iman menutup rilisnya.