
INDOPOS-Program menulis buku yang digagas SMAN 9 Jakarta, menjadi bagian dari kegiatan Project ke-7 untuk siswa kelas 11 yang akan naik ke kelas 12.
Program ini, dinamakan “Galaksi: Gerakan Aktif Berliterasi, Beraksi, dan Berekspresi,” bertujuan mewadahi dan menyalurkan energi positif siswa dalam bentuk ekspresi literasi. Program Satu anak satu buku ini digagas oleh seorang Guru Bahasa Indonesia bernama Rifni Merosa, MPd.
Albaini, Kepala SMAN 9 Jakarta, menjelaskan bahwa program ini telah berjalan selama satu tahun. Saat siswa naik ke kelas 11, mereka disosialisasikan dan diberi waktu satu tahun untuk menyusun konsep serta menulis karya mulai dari bab pertama hingga terakhir.
Bentuk karya bisa berupa kumpulan puisi, cerpen, atau novel. Rencananya, hasil karya siswa akan diluncurkan pada semester ganjil kelas 12, sekitar bulan Oktober 2024.
Albaini menargetkan sekitar 240 hingga 250 buku yang akan diluncurkan.
“Total siswa kami ada 252, namun jumlah ini dikurangi oleh siswa inklusi yang cukup banyak. Siswa inklusi tetap difasilitasi untuk mengekspresikan diri mereka melalui lisan, yang kemudian dituliskan oleh teman-temannya. Misalnya, mereka bisa bercerita tentang ibu, ayah, atau binatang peliharaan mereka,” ujar Albaini.
Saat ini, sudah ada beberapa buku yang berhasil ditulis oleh siswa.
“Saat ini, sudah tercatat ada sekitar 100 buku yang selesai, dan minggu depan targetnya mencapai 150 buku. Kami berharap sampai akhir Juli, minimal sudah ada sekitar 200 buku yang selesai,” ungkap Albaini.
Beberapa judul buku yang sudah jadi antara lain, Novel karya Alya Savira berjudul “Secret Of Ardenia”, “I Can Hear You” (Farrel Hasibuan), “Our Love Story” (Azra Razika), “High Wall Between Us” (Fathurrahman Hariri), “The Chronicles of Prince Deon” (Pricilla Angelie Tama), dan “Paradox” (Rafhel Lucky Putra L.A). Selain itu, ada cerpen karya Nala Puspamaya Athaya Lukman berjudul “The Mystery Behind The Land Of Java”, serta antologi puisi berjudul “Crestfallen” karya Prameswari Kuncoro Putri dan “Perahu Tanpa Nahkoda” karya Nasisha Azhara.
Buku-buku ini belum diterbitkan secara resmi. Setiap siswa mencetak buku mereka sendiri dengan desain cover yang mereka buat sendiri.
Beberapa siswa yang ahli dalam mendesain cover membantu teman-temannya dalam proses ini. Saat ini, belum ada harga yang ditetapkan untuk penjualan karena buku-buku ini bukan untuk dijual.
“Kami lebih fokus pada produk hasil karya anak. Namun, jika ada siswa yang ingin menggandakan lebih banyak atau jika ada penerbit yang tertarik, kami akan mempertimbangkannya. Buku-buku ini adalah milik anak-anak, dan mereka akan diberikan kebebasan untuk menggandakannya sesuai permintaan penerbit,” jelas Albaini.
Tahap pertama dari program ini adalah memfasilitasi siswa dalam Project ke-7, menghidupkan budaya literasi, dan menyalurkan energi positif anak melalui karya literasi.
Albaini berharap program ini dapat membantu siswa merefleksikan diri dan merasa bangga bisa menghasilkan karya literasi di usia 17 tahun.
Albaini mengungkapkan bahwa program ini juga bertujuan untuk menjauhkan anak-anak dari perilaku negatif dengan menyalurkan potensi mereka melalui karya tulis.
“Di beberapa buku, terlihat gejolak emosi anak-anak dalam tulisannya. Dari situ, mereka bisa merefleksikan diri dan tumbuh rasa kebanggaan karena mampu menghasilkan karya literasi yang luar biasa,” tambahnya.
Program ini direncanakan akan diluncurkan pada bulan Oktober, bersamaan dengan peringatan Bulan Bahasa 2024 dan Hari Sumpah Pemuda.
“Kami berharap program ini dapat meningkatkan budaya literasi di kalangan siswa dan membantu mereka mengekspresikan diri secara positif,” tutup Albaini.